Profile Ketua Cetya Dharma Widya
Kita semua pasti tahu siapa Ketua Cetya Dharma Widya? Kasman, BA atau yang lebih di kenal dengan Bapak Abhi. . . Pria kelahiran Wonoharjo, 26 Maret 1972 ini merupakan seseorang yang amat dikagumi oleh umat di Cetya, Mengapa demikian ? Dari survei yang dilakukan tim redaksi, beliau merupakan sesorang yang sangat tenang dalam menghadapi berbagai masalah. Sebagai seseorang yang pernah menjalani kehidupan kebhikkhuan, beliau terus mempraktekkan dhamma dalam hidupnya. Dan tak jarang banyak orang yang meminta nasehat atau penjelasan Dhamma dari Beliau. Dengan pengalamannya sebagai seorang Bhikkhu, hal itu tidak begitu sulit bagi Beliau. . . .Untuk mengenal lebih jauh ketua Cetya Dharma Widya, tim redaksi sudah melakukan wawancara dengan Beliau, berikut wawancara kami ;
Ketertarikan dengan Bhikkhu ?
Melihat kehidupan Bhikkhu yang sederhana dan tenang membuat saya tertarik menjadi seorang Bhikkhu. Dan kemudian saya mengikuti Samenara di Vihara Mendut selama 2 minggu pada tahun 1993. setelah itu saya melanjutkan Samanera 3 bulan, dan Samanera tetap ditahbiskan di Vihara tanah Putih Semarang Jawa Tengan oleh Bhikkhu Khemasarano Acariya Bhikkhu Cittasanto.
Pada tahun 1995 tinggal di Vihara Buddha Metta Jakarta selama 4 bulan dan kemudian tinggal di Dhammacakkha selama 4 bulan juga.
Bagaimana hubungan dengan keluarga ?
Masih tetap baik. Komunikasi dilakukan melalu surat.
Pergi ke Thailand ?
Tahun 1996 Saya (Samanera Indapañño) dikirim ke Thailand oleh Sangha Theravada Indonesia bersama Samanera Gunarando (yang sekarang Bhikkhu Cittanando). Kemudian Samanera Indapañño ditahbiskan oleh Somdet Sangha Raja Thailand dengan nama Abhipañño yang artinya kebijaksanaan yang tertinggi.
Di Thailand kuliah di Mahamakut Buddhis University jurusan filsafat pada tahun 1997 dan dapat menguasai Bahasa Thailand selama 7 bulan. Empat tahun sekolah di Mahamakut Buddhis University dengan gelar Bachelor of Art Inphlospy. Di Thailand saya pernah jalan-jalan dengan Bhante Wongsin selama 15 hari ke vihara-vihara di Thailand Utara. Dan juga pernah mendalami meditasi di hutan Thailand.
Sebagai Ketua di Cetya Dharma Widya, apa suka duka Bapak selama setahun ini ?
Untuk menjadi seorang pemimpin itu tidak mudah apalagi memimpin sebuah organisasi, karena semua orang mempunyai karakter yang berbeda-beda dan kita memahami akan hal itu. Seorang Buddha pun tidak mungkin membuat umat manusia di dunia ini menjadi orang suci, semua itu tergantung kepada pribadi masing-masing. Saya mengajak orang untuk melakukan kebajikan pun juga tergantung pada kesadaran dan kedewasaan spiritual masing-masing orang, tetapi saya sangat senang, gembira, dan bahagia bisa bergaul, bisa mengajak masyarakat sekitar untuk melakukan kebajkan sesuai dengan ajaran Buddha.
Kalau duka, saya merasa prihatin dengan apa yang saya lakukan mendapat sesuatu yang tidak mengenakan hati. Tetapi saya sangant paham dan sadar bahwa segala sesuatu apapun yang bertujuan mulia pasti ada rintangan. Dan dengan kesedihan hati saya belum bisa memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengikut Buddha semuanya.
Apa pesan untuk pengurus & umat ?
Untuk pengurus, marilah pengurus semuanya untuk solid, rukun, dan memandang segala macam masalah dengan hati dan pikiran yang bersih dan punya komitmen bersama untuk memperjuangkan, mengembangkan, mempertahankan, & melindungi ajaran Buddha dengan sekuat tenaga kita.
Untuk um at, marilah para umat untuk bersama-sama belajar berbuat baik dengan mengendalikan pikiran, ucapan, & perbuatan sesuai dengan ajaran Buddha. Dan marilah kita berlatih di jalan Dhamma yang sesungguhnya, karena dengan demikian akan menumbuhkan ketenangan, kedamaian, kebahagiaan dalam diri kita, dalam masyarakat dan semua makhluk hidup, dan jadilah umat Buddha yang sejati.
Apa pesan Bapak untuk semua umat Buddha di Indonesia ?
Segala sesuatu mengalami perubahan, berpegang teguhlah pada Dhamma karena engkau akan mendapat kebahagiaan sejati.